Tuesday, May 24, 2011

Bersabarlah Wahai Para Ibu dan Bakal Calon Ibu


Akhir-akhir ini aku sering mendapati status para sahabat disalah satu jejaring sosial tentang keluhan mereka dalam menghadapi kehamilan trisemester pertama. Bahkan ada yang berkata cukup hanya satu kali ini aja alias tidak bersedia hamil kembali karena merasa tidak sanggup menjalaninya. Menyalahkan berbagai pihak karena dianggap tidak ada yang bisa mengerti dan bertoleransi akan keadaan dirinya saat ini (padahal yang comment sebagian besar para wanita yang sdh mempunyai anak). Dan ketika yang berkomentar mengatakan untuk bersabar dan mensyukuri atas rezeki yang diterimanya, dijawab dengan kalimat yang agak 'sengit' kalau mereka semua tidak merasakan apa yang dia alami, kalau tidak seperti itu juga dia tidak akan mengeluh.

Begitu juga dengan sahabatku para ibu yang saat ini dikaruniai anak yang sedang aktif2nya. Mereka menulis status tentang bagaimana mereka menginginkan waktu yang lebih dari 24 jam, mengeluh tentang susahnya anak untuk diajak tidur  ketika sudah tiba waktunya, mengeluh karena kehabisan akal agar supaya anaknya mau makan.

Tapi ketahuilah sahabat, jika kalian mengetahui bagaimana perjuangan kami yang belum dikaruniai keturunan, maka sudah pasti kalimat bersyukur yang akan keluar dari dalam lubuk hati  karena kalian semua tidak perlu bersusah payah berikhtiar seperti kami.

Ketika datang ke dokter Spesialis Kandungan untuk pertama kali, kalian dengan senang dan semangat menyampaikan tentang keterlamb
atan haid kalian. Sedangkan kami ? ketika dokter menyapa dengan kalimat ' Ada yang bisa saya bantu ?' maka dengan menahan rasa haru kami mengungkapkan maksud dan tujuan kedatangan kami.

Setiap menatap layar monitor USG, kalian dengan tidak sabar menanti nya karena saat itu merupakan kesempatan kalian berjumpa dengan calon buah hati. Sedangkan kami ? perasaan kadang tidak menentu. Apakah yang akan tampak dilayar nanti ? kondisi rahim yang sehat atau bejolan sejenis kista yang
tampak.

Setiap kunjungan ke dokter dan sebelumnya melakukan pengukuran berat badan, kalian akan merasa senang karena apabila berat badan bertambah (Insya Allah) janin yang ada dalam kandungan juga bertambah berat badannya dan sehat. Sedangkan kami ? ada beberapa dari kami yang mengalami kenaikan berat badan, tapi itu semua karena reaksi dari obat-obat penyubur yang kami minum.

Tahukan kalian, bagaimana kami harus menata hati dan pikiran kami agar tegar ketika berada di ruang tunggu ? Karena mau tidak mau pemandangan yang kami jumpai hanyalah para calon ibu yang hendak memeriksakan kehamilannya, para bayi yang merasa nyaman bahkan tertidur lelap dipangkuan ayah bundanya, juga para balita yang aktif berlari kesana kemari.

Jika melakukan kunjungan kembali ke
dokter Kandungan pada bulan berikutnya ? itu berarti kesempatan untuk mengetahui perkembangan kehamilan kalian. Sedangkan kami ? tidak sedikit dari kami pada akhirnya harus dengan berat hati menyampaikan bahwa haid kami ternyata datang dan itu berarti kami harus siap jasmani, rohani bahkan biaya yang tidak sedikit untuk pemeriksaan dan mengikuti program selanjutnya

Buat sahabatku para ibu, ketahuilah bahwa masa2 perkembangan bayi dan balita  merupakan kesempatan yang sangat berharga. Nikmati dan jalani dengan ikhlas kesempatan kalian merawat buah hati, karena setelah mereka dewasa kalian pasti akan merindukan masa2 tersebut.

Intinya kita harus terus bersyukur dan sabar atas semua yang telah ditakdirkanNya kepada kita semua. Keterlibatan dan
saling mensupport antar anggota keluarga merupakan salah satu jalan terbaik untuk kita semua baik yang sedang menanti buah hati, yang sedang mengurus buah hati dan yang masih terus berikhtiar untuk mendapatkan buah hati.

Karena sesungguhnya kita adalah manusia biasa.


Gedebage, 25 Mei 2011
* Ditulis dalam usia pernikahan *








Dimana aku dan suami (Insya Allah) terus berikhtiar untuk mendapatkan keturunan

Mohon maaf apabila para sahabat ada yang tidak berkenan atas tulisan ini


Monday, May 9, 2011

(Miris) Perjalanan dalam rangka Ikhtiar



Tulisan kali ini bukan menceritakan rangkaian ikhtiar kita dalam memperoleh rezekiNya (baca : keturunan) namun perjalanan menuju salah satu RSIA disini yang ternyata sangat melelahkan.

Hari Jumat kemarin (6 Mei 2011), aku izin pulang lebih cepat untuk memulai berikhtiar kembali. Perkiraanku dari kantor jam 15.30 WIB selain karena bisa shalat Ashar terlebih dahulu juga aku pikir perjalanan tidak akan memakan waktu yang lama.

Jam 15.20 WIB  keluar kantor, menunggu angkot yang lewat didepan kantor  menuju Jl. Soekarno Hatta, tapi ternyata sudah 10 menit berdiri tidak ada satupun yang lewat (ga heran dibuat lelucon dinamakan Angkot Bedug alias munculnya kalau pas  Bedug saja ) Akhirnya aku putar haluan, berjalan kaki untuk kemudian naik angkot  menuju Carefour Kiara Condong,  lanjut naik angkot  ke St Hall baru kemudian naik angkot kembali menuju Pasteur... ckckck ..

Nah disinilah perjuangannya. Ternyata semua perkiraanku meleset jauh. Sampai dengan pukul 17.30 WIB perjalananku masih sangat jauh sekali. Semua itu disebabkan satu masalah yang sepertinya tidak pernah terselesaikan .. MACET

Aa yang kebetulan kantornya dekat dengan RS tersebut selalu sms  dan telepon menanyakan posisi ku dimana (karena sebelumnya kita janjian disana). Arah jarum jam terus berputar, namun pergerakan angkot yang aku tumpangi tidak terlalu jauh. Aa ambil inisiatif untuk menjemput di sisa perjalananku dan kita berniat shalat Maghrib terlebih dahulu di salah satu masjid. Namun ternyata, walaupun naik motor juga tidak mudah bagi aa untuk menjemput - Kemacetan juga turut menghadang perjalanannya.

Akhirnya aa meminta ku untuk turun dari angkot dan berjalan kaki menuju tempat yang disepakati sehingga aa tidak perlu memutar (tau sendiri khan bagaimana arah jalan2 di Bandung). Niat shalat Magrib di masjid pun terpaksa dibatalkan mengingat waktu yang terus berjalan

Pukul 18.30 WIB sampai juga kita di Rumah Sakit, setelah mendaftar langsung kita melaksanakan shalat Maghrib.

Kalau sudah seperti ini aku membayangkan situasinya lebih parah dari kemacetan di Jakarta, apalagi untuk ukuran jalan kota Bandung seperti ini . Juga bermimpi kapan pemerintah kita benar2 serius membenahi masalah transportasi yang sudah berlarut2 seperti ini.

Foto ambil dari sini