Monday, September 27, 2010

(Jilbab Pertama ku) Ketika Hidayah itu Datang

Sejak kecil aku sudah tahu bahwa salah satu kewajiban seorang wanita Muslimah adalah menutup aurat nya, apalagi aku berasal dari suku yang mayoritas sangat kuat nilai agama Islam nya sehingga memakai jilbab bukan merupakan suatu hal yang asing.

Namun entah mengapa kesadaran ku hanya sebatas menutup tubuh ku saja, tidak kepala ku. Ya... di saat anak2 remaja seumur ku ber modis ria dengan pakaian yang membentuk tubuh, aku lebih memilih mengenakan pakaian lengan panjang, sampai-sampai ketika ulang tahun teman-teman kuliah ku menghadiahi sebuah kaos ketat tangan pendek karena menurut mereka aku cocok berpakaian seperti itu

Orang tua ku memang menyuruh aku untuk segera menutup kepala ku, namun bukan berarti mereka dengan keras melakukannya. Secara sabar mereka selalu mengingatkan, memberitahukan dalil2 perintahNya namun semua itu dikembalikan kepada ku. Mereka hanya bilang selalu berdoa agar aku cepat diberikan hidayahNya dan mengingatkan kalau bisa aku mengenakan jilbab ditempat2 yang sudah semesti nya apalagi ketika bersama mereka. Jadi (selain ke pengajian) setiap bepergian dengan keluarga dan kami mampir ke sebuah masjid untuk sholat maka otomatis aku langsung mengenakan jilbab yang selalu tersimpan di dalam tas .

Sesudah lama perang bathin dalam hati ku untuk mengenakan jilbab akhirnya mendekati akhir tahun 2001 aku berniat mengenakan jilbab diawal tahun 2002. Niat itu hanya aku simpan sendiri saja karena aku ingin memberikan surprised pada orang tua ku. Namun ... tiba-tiba teman-teman kuliah ku ingin mengadakan liburan keluar kota di akhir tahun. Sudah mati-matian aku menolak untuk tidak ikut acara mereka karena  ingin menenangkan diri sekaligus mempersiapkan diri untuk niat ku tersebut maka semakin gigih pula mereka meminta supaya ikut. Akhirnya salah satu sahabat terdekat ku menanyakan kenapa aku menolak dan aku jelaskan pula alasan nya juga  meminta dia untuk merahasiakannya. Namun karena mereka ingin ada nya kebersamaan setelah beberapa tahun berpisah, akhirnya aku ikut juga.

Bisa ditebak... liburan yang seharus nya untuk bersenang2, refreshing melepaskan segala rutinitas yang ada, tidak bisa aku nikmati karena pikiran ku tiba2 merasa goyah..... Selama liburan entah kenapa aku berpikir kembali "Apakah Awal tahun 2002 nanti memang sudah saat nya untuk ku dan apakah aku sudah siap ?"  Ya Allah ... hal-hal duniawi kembali merasuki diri ku Sampai sehari sebelum tahun baru pun aku masih berjalan-jalan dengan teman-teman ku.

1 Januari 2002,
aku sengaja berdiam diri di rumah selain untuk menenangkan diri juga untuk memantapkan kembali niat ku.

2 Januari 2002,
kebiasaan ku memang sarapan pagi dahulu baru kemudian bersiap untuk berangkat ke kantor. Dan di saat sarapan aku memang hanya mengenakan pakaian rumah sehingga orang tua ku masih belum tahu juga rencana ku. Ketika akhirnya aku turun (lagi) ke lantai bawah rumah mungilku untuk berpamitan  kepada orang tua ku, seketika mama langsung sujud syukur kepada Allah setelah itu memeluk ku dan menangis. Papa langsung berucap Alhamdulillah, karena merasa senang akhirnya anak nya mau mengenakan jilbab.

Sesampai di kantor, Alhamdulillah respons nya juga sangat baik bahkan semua juga mendukung ku. Yang sudah pasti kaget tentu saja teman-teman kuliah ku dulu. Ya ... karena sore hari nya kita sudah janjian untuk berkumpul kembali guna melihat foto-foto liburan. Walaupun sudah pasti kaget karena perubahan drastis dalam penampilan ku tapi mereka senang dan mensupport karena diantara mereka baru aku yang (ketika itu) mengenakan jilbab.

Alhamdulillah .. hingga saat ini aku selalu berdoa agar aku bisa selalu menjalankan kewajiban-kewajiban ku seorang seorang muslimah sejati di mata Allah.

*Tulisan ini (walaupun masih jauh dari sempurna) aku buat untuk berpartisipasi dalam Lomba Menulis "Jilbab Pertama" yang diadakan oleh uni Dian *

Sunday, September 19, 2010

Aku Ingin Hamil


Ketika membuka kulkas, mata sang menantu tertumpuk pada satu kotak tape ketan yang dibungkus daun jambu. Seketika langsung timbul hasrat untuk segera menyantap makanan kesukaan nya  itu. Namun (untung nya) etika sebagai seorang menantu yang baru datang langsung menahan  (walaupun sudah ngiler setengah mati ) karena mungkin saja tape ketan tersebut untuk hantaran kerabat alias tidak diperuntukkan untuk orang2 dirumah.
Baru saja menutup kulkas dan membalikkan badan, tiba2 terdengar suara Ibu Mertua bilang kalau ada tape ketan di kulkas dan menawarkan untuk memakan nya. Namun tidak berapa lama terdengar suara  Bapak Mertua menyahut dibelakangnya dan terjadilah dialog dengan sang menantu.

Bapak Mertua : Itu  tape ketan dari Cirebon kemarin , tp kamu jangan makan ya
Menantu : (dengan muka sedikit kecewa karena dilarang makan makanan kesukaannya) .. memang kenapa pak ?
Bapak Mertua : iya .. pokok nya jgn makan yg asam2, terus nanas juga ga boleh. Pokok nya yang 'panas'2 begitu.
Menantu : (langsung berpikir dan berkata dalam hati) jgn2 si Bapak sangka hamil, krn kebetulan ketika datang sang menantu mengenakan longdress Bali (busana yang sebelumnya tidak pernah dia punya)
Bapak Mertua : (meneruskan ucapan) soalnya nanti kalau makan2 seperti itu .... (lupa apa perkataan selanjut nya krn pikiran sang menantu sudah melayang kemana-mana )

Ya... itulah dialog yang terjadi antara aku dan Bapak Mertua tidak lama ketika baru sampai di Indramayu pas mudik lebaran kemarin (pastinya sesudah bersalam2an dan bermaaf2an donk).Terus terang, setiap aku mudik kerumah mertua memang selalu pertanyaan seperti .. Sudah telat belum neng eehhh kamu udah hamil belum ? yang muncul dari mertua, walaupun sudah dijelaskan bahwa aku sudah periksa ke dokter dan hasilnya baik2 saja, juga kita bilang bahwa kita selalu berusaha, berikhtiar dan sudah pasti berdoa kepada Allah SWT walaupun semua Qodar kita pasrahkan kepada Nya.

Walaupun sesaat setelah percakapan itu aku sempat 'blank' sehingga  tidak sempat menyangkal kalau aku belum hamil .. he he, namun kalau dulu sering meratap ke aa setiap mendapati mens,  (Alhamdulillah) saat ini aku sendiri sudah santai dengan pertanyaan2 mengenai kehamilan.

Beruntung diantara orang2 yang 'usil' bertanya kapan aku hamil, aku memiliki banyak saudara, teman dan sahabat yang masih peduli kepada ku. Pernah ada kejadian lucu yang membuat ku sangat terhibur dimana ketika aku mens dan memberitahukan ke aa, malah dia berucap Alhamdulillah. Langsung nanya dengan muka sedikit ngambek, kog malah dibilang Alhamdulillah... Dijawab, ya Alhamdulillah masih mens, berarti istri nya masih muda, coba kalau sudah tidak mens berarti sudah menopause

Selama ini aku juga belajar dari Uni Dian, sepupu ku yang baru diberi amanahNya setelah 9 tahun menikah. Malah suatu ketika pernah aku sharing ke uni Dian kalau ada teman ku yang bilang seperti ini ... Loe belum hamil juga ya ? Payah loe .. sini mau gue ajarin ga ?  .. Mau marah ga sih dibilang seperti itu dan melihat intonasi suara serta  mimik muka nya aku merasa dia sudah keterlaluan . Langsung si uni bilang kalau si Dika (adek nya yg notabene sepupu ku juga dan sama2 belum diberi keturunan) ditanya seperti itu pasti akan dijawab : Boleh,  tapi sini bini loe gue ajarin duluan ..

Judul tulisan kali ini juga aku pilih  karena memang keinginan setiap pasangan  (normal) yang sudah menikah untuk memiliki keturunan. Dan secara kebetulan menemukan sebuah forum di FB dengan nama yang sama.

Kenapa pasangan yang normal ? karena ketika reuni kecil teman2 SMA beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengan teman yang sudah 6 tahun menikah dan belum dikaruniai keturunan. Ketika ditanya  (walaupun kehidupan nya sudah sangat mapan)  ternyata dia dan istri nya sampai saat ini belum ingin mempunyai keturunan dan untuk itu mereka sengaja ber KB.

Maaf sebelumnya kalau aku (dan bbrp teman ku) bilang tidak normal, karena menurut kita anak itu adalah rezeki dan anugrah luar biasa dari Allah SWT. Namun bukan berarti kita yang belum diberi anak berarti tidak mendapat rezeki. Karena keturunan itu adalah rezeki bagi mereka yang diberi titipanNya, namun buat yang belum diberi keturunan sudah pasti rezekiNya diganti dalam bentuk yang lain.

Hari ini pun aku mendapati status seorang teman (yang kebetulan sdh lama belum diberi keturunan) seperti ini :

.. banyak anak banyak rejeki,,, sedikit anak sedikit rejeki,,, gapunya anak gapunya rejeki... ~Gitu yaaaa???~


Ternyata memang masih banyak juga pendapat, komentar dan entah masih banyak hal-hal lain yang me nyudut kan pasangan yg belum mempunyai anak. Dan memang nya semudah itu untuk mempunyai anak ? karena tidak semua orang sama. Ada pasangan yang dinyatakan sehat oleh dokter tetapi tetap belum dikarunia keturunan karena memang belum waktu nya diberi olehNya.

Hampir sebagian besar pasangan yang ingin memiliki keturunan mengusahakan berbagai cara mulai dari berobat ke dokter hingga tidak sedikit yang pergi ke alternatif. Tapi justru karena sering disudutkan maka pasangan tersebut menjadi stress. Akibatnya kondisi fisik dan psikis mereka terpengaruh dan (mungkin saja) proses kehamilan menjadi terhambat.

Untuk itu maka aku ingin bilang bahwa walau belum diberi keturunan namun aku merasa beruntung karena Allah memberi ku rezeki berupa suami yang baik dan Insya Allah bisa menjadi imam buatku, orang tua yang selalu mengasihi ku dan memberi kekuatan disaat ku lemah, teman2 WK'ers tempat dimana kita semua bisa saling sharing dan menguatkan satu sama lain, juga saudara2 ku yang selalu mensupport.

Tulisan ini dibuat karena akhir2 ini aku banyak mendapati fakta bagaimana  orang masih  bertanya - tanya terhadap pasangan yang belum mempunyai keturunan, juga sekaligus sebagai motivasi untuk diri ku sendiri.

*Sebagian tulisan disadur dari salah satu majalah wanita dengan topik Aku Ingin Hamil*